TREND DAN TANTANGAN KEPARIWISATAAN MENUJU INDONESIA EMAS 2045
Melihat perkembangan kepariwisataan selama ini, trend-nya dipengaruhi oleh berbagai hal yang menimbulkan dampak dalam aspek kuantitas, kualitas, kreatifitas dan kompleksitas. Kendati telah menjadi sektor unggulan namun keberlanjutan sektor industri ini tidak terlepas dari kekhawatiran atas ketidakpastian akibat trend yang dinamis. Fenomena VUCA (Volatility / gejolak, Uncertainty / ketidakpastian, Complexity / kompleksitas dan Ambiguity / multitafsir) terjadi dalam bentuk multi-dimensi sesuai jaman. Hal ini menjadi tantangan dalam pengembangan kepariwisataan tentunya. Dinamika yang tampak sebagai trend adalah berkaitan dengan ritme perubahan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan masyarakat yang cepat dan kompleks. Dan yang terbaru dalam beberapa tahun ini adalah fenomena geo-politik global. Dinamika atau perubahan tersebut dapat dilihat pada aspek :
1. Perubahan Permintaan ; tampak pada perilaku wisatawan, tujuan berwisata, periode dan durasi waktu berwisata, preferensi wisatawan dan lainnya.
2. Perubahan Penawaran ; tampak pada sistem tata kelola industri pariwisata, sistem pemasaran digital, pengembangan destinasi dan paket wisata, inovasi produk dan layanan pariwisata dan lainnya.
3. Perubahan Distribusi ; tampak pada pengaruh sistem pemasaran, keterlibatan sektor di luar kepariwisataan, interaksi langsung (direct booking) dan lainnya.
Tabel Perubahan Trend Kepariwisataan Dunia (Swabawa, Ketut. Pariwisata Indonesia Menuju Indonesia Emas 2045, Star Digital Publishing. 2025)
Kondisi saat ini (2021 – 2025) perubahan trend kepariwisataan bertransformasi ke arah Transformative Centric akibat pandemi COVID-19 lalu seiring budaya baru yang muncul berkaitan dengan kesehatan, keamanan dan keselamatan. Model sustainable, regenerative and slow traveler semakin diminati.
Pariwisata Indonesia yang berbasis keunggulan alam, tradisi dan budaya Nusantara memiliki peluang sangat strategis dalam trend tersebut. Kekayaan keunikan yang sangat beragam merupakan modal dasar potensi dan modal dasar sosial bagi Indonesia dalam persaingan global di bidang keunggulan destinasi, keramahtamahan pelayanan, ragam produk wisata hingga sistem tata kelola industri. Melihat pattern dari perubahan kepariwisataan tersebut maka tantangan kepariwisataan ke depannya akan dapat dipengaruhi oleh :
1) Aspek Pengelolaan Kepariwisataan
Penerapan teknologi, kualitas SDM, strategi pemasaran dan inovasi produk memberi peluang untuk pengembangan kebaruan pada destinasi, produk, pelayanan dan tingkat kepuasan wisatawan.
2) Aspek Keberlanjutan
Penerapan prinsip – prinsip berkelanjutan akan memberikan nilai tambah pada destinasi dan produk kepariwisataan sehingga wisatawan dapat menikmati pengalaman yang mengesankan dengan aman dan nyaman karena otentisitas, proteksi dan originalitas yang ditampilkan oleh destinasi dan produk pariwisata.
3) Aspek Psikografis
Wisatawan dengan sadar atau tanpa disadari membutuhkan rekognisi di era digital saat ini dan ke depannya, sehingga berwisata pada destinasi yang viral dan mendapatkan pengalaman unik akan semakin diminati dan dijelajahi. Selain itu pengaruh dari testimoni maupun Key Opinion Leader (KOL) baik tokoh, artis, influencer, vlogger, youtuber juga akan meningkatkan popularitas destinasi dan produk pariwisata, serta mendorong wisatawan untuk mengunjunginya.
4) Aspek Aksesibilitas
Kemudahan akses akan mendorong manusia untuk berwisata meskipun ke destinasi yang sangat jauh jaraknya dan susah menempuhnya. Kemudahan akses juga termasuk di bidang digitalisasi untuk mendapatkan informasi, melakukan pembayaran secara elektronik dan transfer, pemesanan yang praktis dengan ragam pilihan produk dan sebagainya.
5) Aspek Politis
Politik praktis memang tidak tampak secara langsung dalam kepariwisataan namun kebijakan politik dan diplomasi politik mampu mempengaruhi perubahan trend kepariwisataan di suatu negara. Menuju Indonesia Emas 2045 diharapkan kebijakan pemerintah mampu meningkatkan capaian pariwisata dalam persaingan global dengan destinasi wisata seluruh dunia.
DTW Huta Siallagan di Pulau Samosir, Kawasan Danau Toba
Tantangan dalam pengembangan kepariwisataan merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari sehingga membutuhkan pengelolaan yang baik dan bijaksana. “Tourism destination carry with them the seeds of their own destruction. The trick is to manage tourism destination so that do not self-desruct” (Butler, 1984). Teori dari Butler ini masih sangat relevan dalam menjawab tantangan untuk mewujudkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan.
Menuju visi Indonesia Emas 2045, tantangan pengembangan kepariwisataan ke depannya yang dapat muncul dan perlu diantisipasi di antaranya adalah :
1) Kesenjangan Ekonomi
Pengelolaan yang tidak baik dan tanpa regulasi yang tepat disertai penegakan hukum yang kuat akan menyebabkan distribusi manfaat ekonomi lokal dari pariwisata akan menjadi ancaman ke depannya bagi upaya pengentasan kemiskinan, peluang lapangan kerja dan berusaha bagi penduduk lokal, kesejahteraan bangsa serta pemerataan pembangunan.
2) Kerusakan Lingkungan
Eksploitasi sumber daya di destinasi pariwisata yang berlebihan tanpa memperhatikan aspek kelestarian dan keberlanjutan dapat merusak lingkungan dan menurunkan citra pariwisata itu sendiri. Selain itu, industrialisasi pariwisata tentunya berkontribusi pada perubahan iklim yang lebih cepat akibat polusi, limbah dan sampah yang dihasilkannya. Pengalihfungsian lahan hijau menjadi pemukiman dan usaha pariwisata juga perlu mendapatkan perhatian serius untuk menjaga ekosistem yang berkelanjutan
3) Degradasi Budaya
Nilai kearifan lokal Nusantara dan keluhuran budaya bangsa sebagai identitas dan potensi pengembangan kepariwisataan di Indonesia dapat terancam keberadaannya jika upaya untuk perlindungan dan penguatannya tidak diterapkan secara konsisten. Pengaruh budaya asing yang dibawa oleh pihak luar baik sebagai investor maupun sebagai wisatawan harus diantisipasi agar tidak menghambat laju penguatan kedaulatan bangsa dan tanah air.
4) Kualitas Sumber Daya Manusia
Kemajuan teknologi harus dimanfaatkan sebaik-baiknya secara tepat dan bijak. Jangan sampai penerapan teknologi merubah SDM Pariwisata menjadi lebih manja dan mengabaikan aspek-aspek pelayanan prima yang berkepribadian sebagai jati diri bangsa Indonesia. Di sini dunia pendidikan dan pelatihan kepariwisataan hadir untuk mengharmonisasi teknologi dan kebudayaan menciptakan SDM yang unggul, kompeten dan berbudaya.
DTW Sungai Utik di Kapuas Hulu, Kalimantan
OPTIMALISASI POTENSI DAN PELUANG
Transformasi dalam kepariwisataan meliputi berbagai hal seperti tujuan berwisata, pengelolaan pariwisata, jenis wisata, destinasi baru, persaingan usaha, model pemasaran dan lainnya. Hal ini membutuhkan pemahaman bahwa pariwisata jangan hanya sekedar menjadi industri namun juga sebagai media konservasi. Karena sebagian besar kegiatan pariwisata tidak terlepas dari sumber daya potensi yang digarap dan dieksploitasi. Dengan kata lain, pariwisata dijadikan bonus dari upaya pelestarian potensi dan bukan sebaliknya pariwisata justru mengabaikan aspek pelestarian dan hanya memprioritaskan manfaat ekonomi semata (Swabawa. Ketut, Pengembangan Desa Wisata, 2021).
Sumber daya potensi dimaksud menyangkut beberapa hal, di antaranya :
1. Potensi geografis ; sumber daya alam, letak dan pemandangan.
2. Potensi demografis ; sumber daya manusia
3. Potensi sosial budaya ; tradisi, kesenian, adat, nilai kearifan lokal dan norma agama.
4. Potensi historis ; peninggalan sejarah, cerita rakyat, bangunan kuno, literasi sastra dan lainnya.
Dari potensi yang dimiliki Indonesia, pariwisata dapat berperan untuk mengoptimalisasinya sehingga mampu meraih peluang untuk mencapai tujuan pengembangan kepariwisataan. Sekaligus untuk mengantisipasi dan menjawab tantangan di masa depan baik yang bersifat global maupun sektoral di antaranya :
1) Pariwisata untuk Keberlanjutan Lingkungan
Memberikan nilai tambah lebih besar dalam upaya konversasi alam, penggunaan energi terbarukan (energi hijau dan biru) dan penggunaan produk yang ramah lingkungan.
2) Pariwisata untuk Kesejahteraan Masyarakat
Membuka lapangan kerja, kesempatan berusaha dan berinvestasi, meningkatkan kapasitas SDM, pelibatan penduduk lokal dalam ketenagakerjaan dan rantai pasok industri serta menyerap produk UMKM lokal
3) Pariwisata untuk Perdamaian Dunia
Menjelajahi konektifitas lintas wilayah, budaya dan negara sehingga menciptakan interaksi sosial dalam berbagai keragaman, pertukaran budaya dan meningkatkan keterbukaan konektifitas dengan jiwa nasionalisme dan saling menghormati satu sama lain.
4) Pariwisata untuk Kemajuan Bangsa dan Negara
Kemajuan pariwisata menarik sektor di luar kepariwisataan terlibat di dalamnya seperti teknologi, pendidikan, keuangan, transportasi, perdagangan, kesehatan dan lainnya. Akhirnya dapat meningkatkan ekonomi nasional yang berdampak pada kesejahteraan, kesehatan dan tingkat pendidikan masyarakat sebagai bagian dari kemajuan bangsa dan negara.
Untuk mendukung dan menuju Visi Indonesia Emas 2045, pariwisata dapat memainkan peran strategisnya sebagai sektor unggulan dalam penerimaan devisa Negara. Pemerintah beserta key stakeholders kepariwisataan perlu lebih proaktif dalam mengelola pariwisata agar mampu mengakeselerasi terciptanya :
1. Tourism’s Resilience ; pariwisata yang tangguh, maju dan berdaulat untuk mendukung ketahanan nasional berlandaskan sikap cinta tanah air, bela Negara dan harmonisasi dimensi kehidupan.
2. Tourism’s Inclusivity ; pariwisata yang bertumbuh secara inklusif dalam keragaman dan berdampak positif bagi pemerataan distribusi manfaat serta peningkatan ekonomi lokal dan pemajuan manusia Indonesia.
3. Tourism’s Sustainability ; pariwisata yang berkualitas, berkelanjutan dan bermartabat untuk kesejahteraan bangsa Indonesia.
Semoga bermanfaat !
Salam INSPIRASI,
KETUT SWABAWA