TINGKATKAN KUALITAS DESTINASI, PIMPINAN USAHA PARIWISATA HARUS INOVATIF DAN KOLABORATIF
Industri pariwisata tanah air telah bertumbuh sebagai trans-sector pembangunan nasional. Hal ini dapat dilihat dari rantai pasok dan keterlibatan berbagai industri lainnya pada sektor pariwisata sejak pesatnya revolusi industri 4.0 bertransformasi menuju society 5.0 hingga paska pandemi COVID-19 lalu. Seiring hal tersebut, insan pariwisata khususnya para pemimpin usaha wajib meningkatkan kontribusinya pada destinasi pariwisata. Dalam kegiatan di Senggigi Lombok (Sabtu, 11/5/2024) Ketut Swabawa (Ketua Umum DPP Association of Hospitality Leaders Indonesia / AHLI ) menyampaikan hal tersebut untuk memotivasi para pimpinan usaha pariwisata agar semakin Agile dalam melihat peluang, Thoughtful dalam mengelola bisnis dan Mature dalam memenangkan persaingan usaha. "ATM concept ini harus menjadi DNA Anda jika ingin sukses mengelola usaha pariwisata. Bisnis pariwisata itu berbasis pelayanan, artinya ada kejujuran dan konsep menghargai dalam menjalankannya. You should do it if want to success in career and develop your company business sustainability" kata Swabawa dalam sambutan saat membuka MUSDA AHLI NTB / 2024.
Ditekan pula bahwa mengelola bisnis pariwisata harus memperhatikan destinasi pada lokasi usaha itu dijalankan. Wisatawan berkunjung adalah untuk menikmati destinasi yang dituju, bukan hanya sekedar mengunakan jasa biro perjalanan, menginap di hotel atau makan minum di restoran. Karena itu dianggapnya adalah amenitas perjalanan wisata. Sehingga jika mau bisnisnya bagus, maka destinasi harus semakin berkualitas. Dari aspek tingkat kebersihan, ketersediaan fasilitas umum, kondusifitas keamanan dan keselamatan, kesehatan dan harmonisasi antar usaha dan lainnya. Semua pihak dalam unsur pentahelic harus berperan dan berkontribusi. Bukan hanya mengandalkan satu unsur, namun semua unsur harus kolaboratif. "Indonesia telah dikunjungi sekitar 11,6juta wisman di tahun 2023 lalu atau naik sekitar 37% melebihi target 8,5 juta wisman menunjukkan destinasi di Indonesia semakin diminati. Sampai Maret 2024 yang bukan high seasons sudah mencapai 1,04 juta wisman. Jika kondisi terus membaik bukan tidak mungkin target dari Kemenparekraf yakni 14,7 juta di 2024 ini mampu dicapai. Kita harus meraih peluang maksimal di high seasons pada summer holiday July-August dan seiring meningkatnya wisata MICE. Juga WWF di Bali Mei ini akan membawa peningkatan signifikan tentunya dengan prediksi 13 ribuan delegasi dari 148 negara selama 18-25 Mei 2024" tambahnya.
Pelaku usaha pariwisata harus optimis, sinergitas ditingkatkan dan kolaborasi menjadi budaya di tengah persaingan. Sehingga semua pihak akan memperhatikan aspek kualitasnya dalam menawarkan produk dan pelayanan kepariwisataan. "Kolaborasi juga harus semakin luas, bukan hanya di internal organisasi atau komunitas namun dengan seluruh unsur pentahelic yaitu pemerintah, komunitas lainnya, antar pelaku usaha / bisnis dan media. Ini semua penting. Sebagai pimpinan usaha pariwisata dan akademisi kepariwisataan Anda harus agile and collaborative untuk mencapai tujuan bersama. Kemajuan usaha, peningkatan karir melalui SDM berdaya saing global, popularitas destinasi serta lainnya. Kami dari DPP AHLI siap mengkoordinasikan kebutuhan DPD se-Indonesia menyiapkan program hingga mem-bridging antar lembaga atau instansi terkait demi peningkatan kualitas destinasi pariwisata di seluruh Indonesia. " pungkas Swabawa. (12/5/2024)